-Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh-
Mungkin
semua tidaklah asing lagi mendengar kata-kata Sakinah, Mawadah, Warrahmah.
Dulu, ketika mendengar ceramah atau doa dari ustadz-ustadz(ah) agar keluarga
kita menjadi menjadi keluara yang sakinah, mawaddah wa rahmah saya tidak
terlalu paham, apa yang dimaksud dengan keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Saya hanya tahu sakinah artinya tenang, tentram.
Pelan-pelan
saya faham, sakinah artinya tenang/tentram, mawaddah artinya bahagia, wa = dan,
sedangkan rahmah artinya mendapat rahmah/cinta. Hanya itu.
Sampai
beberapa hari yang lalu ketika kami membahas cerita di sebuah buku tentang
seorang pemuda yang tidak ingin menikah karena belum menemukan wanita yang
sesuai dengan kriterianya ditambah begitu banyaknya persyaratan dari orang
tuanya tentang sang calon menantu.
Menurut
pandangan pemuda di cerita tersebut, gadis-gadis jaman sekarang banyak yang
tidak lagi menjalankan hidup sesuai dengan islam, dari pakaiannya yang tidak
menutup aurat, penampilan dan cara bergaulnya yang ‘kebarat-baratan’, bahkan
sampai cara berjalannya yang tidak islami. Kebetulan ia dibesarkan dilingkungan
teman-teman yang islami yang telah menikah dengan wanita-wanita islami, namun
ia sendiri bukan berasal dari keluarga yang harmonis. Orang tuanya selalu
ribut, bersikeras dengan pendapat masing-masing dan memiliki sifat yang tidak
sabar.
Akhirnya
pemuda yang kebetulan seorang dokter terkenal tersebut tenggelam dengan
kesibukannya sebagai dokter dan mempelajari Al- quran dan sunnah Rasul saw dari
buku-buku dan ceramah-ceramah.
Suatu
hari, pemuda tadi mendengarkan radio yang membahas tentang tujuan terbentuknya
sebuah keluarga, yakni untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Selama ini, pemuda atau dokter muda yang berasal dari keluarga yang kurang
harmonis tersebut tidak terlalu memperhatikan apa tujuan berkeluarga. Sang
penyiar lalu melantunkan sebuah ayat Al-quran.Iapun sering mendengar ayat dari
surat Ruum (30:21) tersebut : “Dan dari tanda-tandanya telah Kuciptakan untukmu
pasangan-pasanganmu agar kamu hidup tenang bersamanya dengan bahagia dan cinta
(mawaddah wa rahmah). Dan itu adalah tanda-tanda bagi orang yang berakal”.
Namun baru kali ini ia memperhatikan, merasakan dan menghayati ayat tersebut.
Membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.
Sejak
itu opininya tentang hidup berkeluargapun berubah. Ia lalu mulai memperhatikan
dan mencari calon istri. Singkat cerita, akhirnya ia menikahi muridnya yang
berpenampilan lain dari murid- murid wanita lainnya, memakai gamis, berjilbab
dan menjaga pergaulannya. Kesibukannya mempelajari islam selama ini telah
membukakan hatinya dan memperoleh petunjuk dari Allah swt. Di akhir pelajaran
ustad kami menanyakan apa perbedaan antara mawaddah dan rahmah. Jawaban kamipun
bermacam-macam. Lalu ustadpun menjelaskan, mawaddah adalah cinta dari seorang
suami, sedangkan rahmah adalah cinta dari seorang istri.
Sekarang
jelas sudah, apa arti keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah. Bukan hanya
berarti keluarga yang tenang dan bahagia saja, tapi ada sesuatu dibalik itu,
perlunya cinta yang diberikan oleh suami kepada istri dan keluarga, dan cinta
yang diberikan oleh istri kepada suami dan anak-anak.
Ustad
lalu menambahkan,tujuan berkeluarga yang lain adalah mengurangi kesalahan
bahkan kemaksiatan. Contohnya, jika sebelum berkeluarga pemuda atau pemudi
lajang dapat berpergian dengan bebas, maka setelah berkeluarga kegiatan mereka
menjadi terbatas. Ada prioritas lain yang harus mereka perhatikan, yakni
keluarga. Jadi, bila setiap anggota keluarga sibuk dengan kegiatan diluar rumah
tanpa memperhatikan keluarganya, lalu apa bedanya menikah dengan tidak menikah?
Mungkinkah tercipta keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah apabila setiap orang
jarang bertemu dan berkomunikasi? Karena tujuan berkeluarga sebagian orang
telah berbeda dengan yang Allah SWT ajarkan kepada kita dalam surat Ar Ruum,
yakni menciptakan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Walau selama ini kita
telah sering membaca ayat tersebut dalam undangan-undangan pernikahan. Wallahu
‘alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar